artikel

Memasuki Semesta Cerita Anak dan Memori Masa Kecil

STIE SINTIS TERBUKA – Pada masa-masa tertentu, media cetak di Indonesia menyediakan ruang bagi anak-anak untuk berekspresi terutama lewat tulisan. Dulu dengan mudah kita menemukan cerita atau puisi yang ditulis oleh anak-anak, semisal yang paling kondang majalah Bobo. Anak-anak diberi ruang untuk menyampaikan dunia yang dialami atau dunia imajinasinya lewat tulisan. Namun, sejak senjakala media cetak, ruang-ruang ekspresi anak-anak makin hari makin tergeser, dan pelan-pelan menghilang.

Jika dulu cerita anak-anak yang ditulis oleh anak-anak cukup bisa mengimbangi cerita anak-anak yang ditulis oleh orang dewasa, kini seperti yang saya amati di toko buku, cerita anak didominasi oleh penulis dewasa, semoga saja amatan sekilas itu keliru. Cerita anak yang ditulis oleh orang dewasa tentu berbeda dengan cerita anak yang ditulis oleh anak. Cerita yang ditulis orang dewasa biasanya menjejalkan pandangan ideal dunia orang dewasa, bahwa anak-anak yang mesti begitu harus begini, dan semacamnya. Cerita semacam itu mengandung beban pendidikan karakter yang disusupkan, yang sayangnya, seringkali saya amati menjurus kepada dogma.

Sedangkan anak dan dunianya, ialah dunia bermain dan berimajinasi, yang apa adanya dan sangat jujur. Hal semacam ini hanya bisa dituliskan oleh anak-anak sendiri. Namun, saya cukup beruntung menemukan satu buku cerita anak yang meskipun ditulis oleh orang dewasa, ceritanya sangat menyenangkan. Buku itu adalah Rumah Baru & Hal-Hal Baru Lainnya (Jejak Pustaka, 2023) yang ditulis oleh Imarafsah Mutianingtyas. Terdapat 15 cerita masa kecil tokoh anak perempuan di dalam buku tersebut. Ceritanya memuat pengalaman sehari-hari yang dialami tokohnya, semisal bertengkar dengan sepupu atau adik, pindah rumah, pindah sekolah, bertemu teman baru, pengalaman diajak berbelanja atau liburan oleh bapaknya, dan sebagainya.

Dalam diskusi Jejak Sua pada Perayaan Pinggir Kali Jejak Imaji, 30 Desember 2023, Alfiandana penulis buku dongeng Sudrun dan Buku Terbang yang juga pemantik diskusi, memaparkan cerita-cerita yang ditulis Imarafsah membawa ingatannya bermasya ke masa lalu, atau istilah beken sekarang, tamasya inner child. Menurut Alfiandana, cerita-cerita yang terkandung di dalam buku tersebut tak hanya mengisahkan pengalaman masa kecil belaka, melainkan juga mengandung muatan parenting, literasi keuangan, dan miniatur kisah umumnya sebuah keluarga di Indonesia. Sedangkan Leny Maryasih selaku moderator diskusi punya pandangan lain terhadap buku ini. Baginya, meskipun ada pesan-pesan moral dalam buku ini, tetapi disampaikan lewat sudut pandang seorang anak kecil yang polos, sehingga Ia selaku pembaca merasa tidak dinasehati.

Layak kita nantikan buku cerita anak yang akan ditulis Imarafsah selanjutnya dan berharap sisi kepolosan seorang anak dalam bertutur tidak pernah luntur dalam cerita-cerita yang digubahnya. Kita juga terus berharap agar ruang-ruang berekspresi untuk anak-anak semakin baik dan bermunculan penulis cerita anak yang ditulis oleh anak-anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *